Part I
Pagi itu cuaca cerah.. keika langit tak lagi diselimuti awan hitam dan ketika burung berkicau ria penuh jenaka.. Pagi itu memang tak biasanya bagi Rangga yang harus pamit dari gubuk tercintanya itu.. dimana ia mengais kasih sayang dari beragam teman yang ia temukan ketika SMA. Tinggal disebuah gubuk tua dengan title Yayasan itu seolah membuka matanya untuk terus bejuang demi masa depan yang lebih cerah..
Beriring dari sebuah amplop kecil berukuran setengah meter itu, ia langkahkan kaki kesbuah kota kecil disebrang ujung Provinsi Banten itu.. Cilegon, itulah kota yang teramat manis bagi semua pelancong yang tinggal di pesisir jalan raya. Amplop itu memang tak ada harganya dibandingkan dengan jerih payah seorang buruh memikul beras dalam toko, tapi bagi Rangga sangat berarti melebihi segalanya. Karena demi mendapatkan amplop itu, ia harus rela pulang pergi dan bersaing dengan anak Jakarta.
Dunia pendidikan memang tak hanya milik orang berdasi saja, tapi melainkan dunia pendidikan adalah hak bagi semua orang. Berangkat dari ketidak tahuan, Rangga yakin bahwa dirinya bisa menggapai apa yang ia inginkan.
Sebuah lembaga pendidkan sesaat muncul ketika Rangga melewai jalan boulevard di sebuah komplek bernama Bona Estele itu, kakinya masih sangat rapuh di sunting angin jalanan yang tertiup dari semua kendaraan yang berlalu lalang. Keringat bercucuran ketika terik matahari menyengat di pipinya. Seakan tak bedaya melawan ketidak pastian yang ada, karena yang ia tahu bahwa Cilegon adalah kota yang sangat misterius, dimana tindak kriminal suatu saat bisa terjadi.. kayuhan kaki terhenti ketika Lembaga Pendidikan link and match itu berada dimuka, dan dengan keberanian yang ada ia sampaikan pada pimpinan manager tentang surat yang berisi pengantar dari kantor pusat itu..